Buangan aku seorang di dunia ini.
Sendirian. Tiada jiwa yang menemani atau ditemani—baik maya atau nyata. Riuh
pun sebatas riuh di kepala. Tak mau keluar karena dibelenggu oleh rasa kekecutan
dan ketakutan yang lebih membubung hebat bersama hembusan napas manusia
ini. Setiap saat seperti itu selalu.
Selalu kini.
Jiwa ini kini rasa-rasanya
seperti sebatang. Ah, ya, walau aku tahu dunia ini sangatlah luas—baik maya
atau nyata—aku tetaplah sebatang dan akan tetap seperti itu. Kecuali ada yang
sudi mengecualikan. Hingga batang ini tak jadi sebatang lagi.
“Aku ini temanmu.” Persetan!
Benar-benar persetan untuk kalimat yang mengatasnamakan teman! Aku sudah
kenyang melahap semua ucapan murah yang tak ada landas dan tujuannya itu di
dunia ini. Semua teman—baik maya atau nyata—tak membuatku tumbuh dan menumbuh.
Lebih baik dan sebaiknya aku
bertegak sendirian. Skenario dunia memang seperti itu selalu: bertegak
sendirian. Aku percaya hal itu dan akan kugunakan sebagai pemberangkatan kini,
kalau-kalau aku batu sendirian. Bukankah memang semua perbuatan di dunia
ditanggung oleh masing-masing yang berbuat? Oleh dirinya sendiri—berbuat di
dunia teruntuk akhirat?
“Kamu tidak bisa bertegak
sendirian!” Sial! Diriku selalu merasa sial mendengar angin bernada tersebut!
Memang salah bertegak sendirian? Ha? Bukankah jika aku nikmat nanti kamu ‘kan
tidak peduli, pun sebaliknya? Lalu apa tidak bisanya? Tolong katakan!
“Dengar! Lubang itu untuk
mendengar, maka dengarlah sebentar.” Baiklah, aku coba mendengar supaya kita
seimbang, sama-sama penuhi keinginan. Silakan, dan aku mempersilakanmu
berbicara. Lubang itu untuk berbicara, maka berbicaralah sebentar!
“Ya, aku akan berbicara sebentar
dan kini....” Brengsek dengan bertele-tele! “.... Dengar! Dunia ini dicipta
untuk bersama. Juga semua batang demikian, lagi untuk melangkah dan menang—di
dunia dan akhirat. Tak perlu merasa sendirian dan mencoba membisai yang tak
bisa. Itu percuma lagi bodoh! Dan dengar! Kita semua sama-sama batang dan
selalu sama. Maka lekas perbaiki seratmu dan jadilah batang yang mengerti
hakikatnya sendiri.”
13 komentar
Seperti manusia yang katanya makhluk sosial, memang benar pasti gak bisa hidup sendiri. Seenggak-enggaknya membutuhkan sesama untuk saling berinteraksi. Saya yakin enggak ada yang bisa hidup sendiri.
Betul, tuh! Manusia memang tidak bisa hidup sendiri
Ah keren! Tapi kembali lagi ke diri sendiri. Kalau memang hidup ini kita sendiri yang ngejalanin. Bertenggak sendirian. Karena teman juga gak selamanya akan jadi teman sampai di akhirat nanti.
willynana.blogspot.com
nice post
Haha. Tepat! Namun, tidak ada salahnya bertegak bersama di dunia agar di akhirat bisa bertegak sendirian dengan baik.
Terima kasih
Ini cerpen berarti ya? emang iya sih. Secool-coolnya orang, tetep aja pasti ga bisa hidup sendiri. Butuh orang lain buat ngobrol dan main-maiiin. \
/
Cerpen? Bisa iya, bisa tidak. Ya, mungkin seperti itu seharusnya.
sekilas dari gambar thumbnails nya kukira bahas mobile legend :"
www.tips-indonesia.com
nice post, kunjungi http://www.arionproperti.com/ untuk gedung serbaguna, sewa gedung pernikahan di jakarta
mau liburan enak dan nyaman? yuk kunjungi situs http://www.citracikopohotel.com/ untuk informasi lebih lanjut
Terima kasih sudah mau mengunjungi blog ini. (@Anandamraneh)
EmoticonEmoticon