Pilih yang Sesuai

Kehidupan ini bagaikan roda odong-odong, yang setiap didorong akan selalu berubah posisinya (semua roda juga begitu, sih), kadang berada di atas, kadang di bawah. Itu, menggambarkan kalo kehidupan akan selalu berputar dalam posisi, ke bawah atau ke atas, sampe suatu saat nanti akan berhenti begitu aja.

Oke itu hanya gambaran... Gambaran tentang apa? Entahlah.

Sekolah? Pasti tau kan? Yang jawab enggak, kelewatan. Mungkin yang jawab enggak, hidup di zaman purbakala. Di mana, spesies manusia normal belum ada (apalagi sekolah, jelas belum ada). Dan, mungkin mereka salah satunya. Tapi gue yakin, semua orang pasti tau sama yang namanya, “SEKOLAH”.

Ngomongin sekolah. Di Indonesia, pemerintahannya mencanangkan, kalo setiap orangnya wajib bersekolah selama 12 Tahun. SD, 6 tahun. SMP sama SMA, masing-masing 3 tahun lamanya. Kalo elu bersekolahnya lebih 12 tahun, berarti elu pernah gak naik kelas. Begitu juga sebaliknya.

Dalam memilih sekolah yang kita inginkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatiin, sebelum ngomong, “Gue mau sekolah di sana”. Sama halnya dengan memilih pacar (lebih tepatnya, pasangan hidup), kita gak boleh salah dalam memilih. Bisa-bisa sakit hati atau putus di tengah jalan. Kita harus punya kriteria yang cocok dan sesuai dengan yang kita perluin. 

Memilih sekolah yang bener dan sesuai, bisa menaikan satu level kepinteran elu.

JENISNYA

Gak hanya manusia yang ada jenis-jenisnya (ada cowok homo, sama cowok bajingan). Sekolah juga ada jenisnya. Ada sekolah negeri sama swasta. Masing-masing punya perbedaan yang bisa mencolok mata elu (gue kayaknya terlalu berlebihan, deh).

Negeri: Di bawah naungan sang pemerintah. Biayanya lebih murah dari swasta (atau mungkin, gratisan). Jumlah sekolahnya banyak. Seragamnya samaan dengan sekolah negeri lainnya. Jumlah muridnya banyak.

Swasta: Berada di bawah naungan swasta. Biaya mahal jadi ciri utamanya. Jenisnya ada yang bertaraf nasional dan internasional. Seragamnya beragam-ragam. Jumlah muridnya agak sedikit (tapi, gak sedikit-sedikit bangetlah).

Tetep aja. Sesuaikan dengan keinginan elu. Biasanya sekolah negeri cenderung, berantakan. Berantakan dalam segi fasilitas. Swasta terjamin baik, soal itu. Kenapa? Karena biaya sekolahnya lebih mahal. Tapi... Fasilitas cuman sebatas 'menunjang', yang nentuin sukses-nggak-suksesnya elu di sekolah, cuman diri elu sendiri. Yoi nggak? (wkwkw)

SEJARAH

17 Agustus 1945, Indonesia merdeka. Pertanyaannya adalah, kapan Indonesia bisa juara piala dunia? Lah jadi gini. Oh... Sejarah, masa lalu yang masih terbayang. Bayangan sang mantan konyol, masih terlintas di benak. Kenangan-kenangan bersamanya, susah dihapus, membekas, sangat membekas... Oke cukup. Gue mulai meracau aneh gak jelas (dari dulu, kali...). 

Lanjut.

Carilah sekolah yang mempunyai sepak terjang yang baik. Jangan pilih sekolah yang punya kasus-kasus jelek atau serem yang menggemparkan dunia, sekaligus alam gaib (contoh: tawuran sambil main COC). Itu sih terserah elu. Kalo elu punya nyali yang kuat ala mad dog, untuk bersekolah di model sekolah kayak gitu, gak jadi masalah. Tapi kalo nyali elu setipis kulit lumpia, jangan coba-coba. Bakalan nyesel, deh.

Sejarah suatu sekolah bisa elu peroleh, dari seseorang (cari referensi lain juga gapapa). Bertanyalah kepada orang yang mumpuni. Jangan tanya ke orang gila yang lagi joget dumang di pinggir jalan, itu sia-sia. Bisa jadi, elu dianggap gila atau nyaris gila sama orang lain yang ngeliat elu (gara-gara bertanya ke orang gila). Jadi, carilah orang yang pas untuk ditanya. Misal: Lulusan sekolahnya atau, orang-orang sekitar sekolahannya. Betul?

KONDISI

Perhatiin kondisi. Yo. Kondisi apa aja? Ya... kayak, berapa jarak dari rumah elu ke sekolah. Trasportasi apa yang pas buat ke sekolah. Itu, di luar kondisi dalam diri elu. Nah, yang harus diperhatiin dari dalam diri elu adalah: Panteskah, gue masuk situ. Orangtua, setuju apa enggak. Di situ kemampuan gue, cocok apa nggak. Berapa ongkos sekolah gue. Kenapa Kevin Anggara, hebat banget. 

Jangan jadi orang yang laga-lagaan (dibaca: sok jagoan). Contoh: Kondisinya gak memungkinkan elu masuk sekolah nomor 1 se-kota, tapi elu tetep kekeh maksain masuk. Akhirnya gak lolos (gak lolos, tes) dan itu sakit, sob. Ibarat ketek yang dikasih minyak nyong-nyong + ditaburin kembang 7 rupa, habis itu keteknya elu hirup dalam-dalam. Lalu elu bilang, “Hahhh.. wanginya.” Setelah nyium, elu baru sadar, itu joroknya keterlaluan (mampus). Salah deh.

PREDIKSI

Nah, yang terakhir, prediksi. Gak hanya taruhan bola yang bisa diprediksi, sekolah juga bisa. Gak perlu tanya ke dukun yang udah bangkotan, dan bau tanah untuk tau prediksi elu, pas di sekolah (sekolah yang baru) kemudian hari. Mulailah untuk merenung, menganalisa, tentang bagaimana elu di sekolah tersebut, suatu saat nantinya. Berapa persen, potensi elu dapat dikembangkan, lebih baik lagi, dan lebih-lebih. Pokoknya lebih. Melebihi batas kemampuan awal, elu. Supaya bisa melepaskan semua potensi diri, untuk mencoba, menjadi yang 'lebih'.

Tapi jangan pake prediksi-prediksian sekolah, sebagai ajang taruhan untuk mendapatkan uang yang gak halal. Karena, sekolah bukan untuk taruhan (apalagi kalo taruhan nasib). 

Itu aja sih, hal-hal yang harus diperhatiin pas mau memilih sekolah. Belajar dari pengalaman gue sendiri, hal-hal diatas emang pantes dijadiin pertimbangan dalam memilih sekolah yang baru. Gue pernah dibilang gagal, karena salah memilih sekolah (yang milihin orangtua gue, sih). Waktu SD dulu, gue masuk ke sekolah swasta. Gue kira, anak-anaknya di sana baik-baik, dan asik-asik. 

Eh... ternyata salah. Selalu aja, gue dikerjain, pas itu. Bukan cuman dikerjan. Dikata-katain, dipalakin, dicurangin menjadi makanan sehari-hari gue, pada waktu itu. Huft... Miris banget. Untung gue sabar, kalo gak, mungkin mereka udah gue telen hidup-hidup.

...

Berhubung UN SD, SMP sama SMA, udah usai. Jadi gue mau ucapin, 

"Selamat, buat kalian semua, gue yakin hasilnya bagus-bagus (dan pastinya semuanya lulus 100%). Inget ya, 'Usaha yang baik, gak akan pernah sia-sia'. Jadi, yang terpenting kalian udah usaha, hasil mah nomor 2. Kalo kalian udah berusaha, gue yakin juga, hasilnya sesuai dengan usahanya (semoga baik-baik, ya)".

Tenang. 1 tahun lagi gue bakal nyusul kalian, untuk melepas seragam sekolah beserta kenangan-kenangan di dalemnya. Dan gue bakal ngucapin, sama dengan apa yang kalian ucapin sekarang, 

"Selamat tinggal kenangan". 

...

Semoga apa-apa yang gue tulis di atas, bermanfaat buat kalian yang baru aja lulus (atau pengin lulus) SD, SMP dan SMA (dipake untuk milih kuliah atau tempat kerja, juga gak jadi masalah).

Selamat malam mingguan dan sabtu malaman ya..., mblo.

Khusus, buat yang jomblo-jomblo di luar sana. Gue pengin nanya, "Gimana, hujannya udah turun apa belum?".