Gue lagi gak enak badan belakangan ini. Badan gue terasa hambar tak bertenaga seperti
biasanya. Gue pikir, ini mungkin karena kurangnya bumbu penyedap. Atau mungkin
begitulah rasanya seseorang ketika sakit.
Sebenernya
badan gue baik-baik aja. Hidung ini loh yang meler mulu. Cairan yang sering
dipanggil ‘ingus’ ke luar dengan biadabnya. Gue gak tahan dengan ingus yang
ngeinvasi nih hidung. Yaiyalah, hampir setiap saat gue harus ngelap dua terowongan
hidung ini dengan tisu supaya gak terbentuk air terjun ingus.
...
“Nan, hidung lu kenapa? Kok banyak banget cairan
gitu?”
Pertanyaan
itu ngejebak. Kalo gue jawab ini adalah cairan sirup rasa markisa, dia pasti
gak percaya. Akhirnya gue memilih jujur aja. Bukankah jujur lebih baik
ketimbang berbohong?
“Ehmm...
maaf, nih, gue lagi pilek,” jawab gue sembari nyemprotin ingus ke tisu sehingga
berbunyi ‘srooott srooott’. Inget ya! Itu bukan suara orang yang lagi boker.
“Jorookk
banget, Lu!”
Jorok?
Lu bilang ini jorok? Ini sifat manusiawi, Cuy. Namanya orang lagi pilek, ya,
beginilah kenyataannya. Kecuali ingusnya ke luar dari kelopak mata, itu beda
lagi ceritanya. “Yee... namanya juga orang lagi pilek,” bales gue.
Dia
teriak dengan menawan, “LU TOLOL BEGO!”
Gue
gak ngeri apa maksud dari teriakannya. Apakah gue orang tolol yang merangkap
bego, atau nama asli gue adalah tolol dan kepanjangannya adalah bego?
Gue
protes, “Kenapa sih? Lu kayaknya gak seneng banget kalo gue sakit pilek?” Ingus-ingus
di hidung gue pun ikutan demo untuk ngedukung majikannya ini—ngeperjuangin kaum
ingus. Para demonstran di bagian ingus menuntut kalo ‘Semua Orang Harus
Menerima Keberadaan Ingus’, dan mereka menuntut juga agar gak ada diskriminasi
di kalangan penyakit.
...
Gue:
Apa yang kalian tuntut dari manusia, wahai ingus-ingus?
Korwil
ingus: Berdasarkan pasal Ing 1Z tahun dua ribu dua puluh. Makhluk ingus pun
harus diberi kesempatan untuk bermukim di hidung manusia, serta diskriminasi di
kalangan penyakit harus dihapuskan. MERDEKA! HIDUP INGUS!
Sorak
sorai ingus-ingus yang lain membuat suasana semakin berkobar penuh semangat.
Mereka berharap demo ini gak berujung sia-sia.
Gue:
Ehmm... bukannya sekarang masih tahun dua ribu lima belas ya, Pak?”
Korwil
ingus: Oh ya. Ya pokoknya gitulah. Saya lupa pasalnya. Tapi, kita harus tetep
MERDEKA! MERDEKA! Daaann.. MERDEKA!
Sepertinya
tuhan gak nyiptain otak untuk si ingus, terliat dari korwil ingus yang
kelewat bego. Sejurus kemudian hujatan demi hujatan dari ingus yang lain
dilemparkan ke korwilnya. Si korwil hanya cengar-cengir aja—kebiasaan orang
bego.
Gue:
Yaudaaah... kalo emang begitu. Sekarang, lebih baik bantu gue untuk ngalahin
orang yang ngeledek tolol bego ke gue tadi! Mau?
Korwil
ingus: Bagaimana kawan-kawan seperjuangan? Bisakah kita mempercayai Nanda?
Mempercayai
gue? Aturan mah gue yang gak percaya sama lu. Bergabung dengan aliansi makhluk
cairan bego bukan pilihan baik, tapi mau gak mau gue harus ikhlas... ini demi
kebaikan bersama.
Ingus-ingus
yang lain pun setuju. Mereka sepertinya lebih condong berharap kepada gue ketimbang
korwilnya. Baguslah, seenggakknya mereka masih bisa berpikir dengan baik.
Korwil
ingus: Baiklah. Apa rencanamu?
Gue:
*berbicara panjang-lebar mengenai strategi ke ingus-ingus*
Semua
ingus: OKE. KAMI SIAP!
Korwil
ingus: MERDEKA! MERDEKA! MERDEEEKKAAAA! AAAHHHH.
Gue:
*mencoba nyari tempat gantung diri yang efisien dan efektif*
...
“JOROK
PELE. Ingus lu bisa muncrat ke mana-mana. Gue lagi makan,” keluh orang itu
kepada gue.
Gue hanya tersenyum. Gak banyak orang yang berada di kelas saat jam istirahat seperti ini, ini jelas nguntungin berjalannya rencana.
Gue hanya tersenyum. Gak banyak orang yang berada di kelas saat jam istirahat seperti ini, ini jelas nguntungin berjalannya rencana.
Gue mencoba memulai rencananya dalem kondisi yang tepat: kala orang itu sedang nunduk menyendokkan makanannya.
“Yaudah
lanjutin makannya aja. Gue akan tahan ingusnya sebentar,” kata gue, kalem.
Kemudian gue mencari posisi yang wuenak untuk memulai rencananya.
Kebetulan
posisi duduk gue dan orang itu berada di bagian pojok. Gue di pinggir, orang
itu di pojokannya. Sehingga ini nguntungin gue dari segi sukses atau nggaknya
rencana yang dibuat. Beberapa
detik setelahnya, orang itu udah dalem posisi yang cocok.
Sekejap
kemudian gue memulai rencana. Gue ngejulurin tangan menuju ke arah tempat bekel
orang itu. Berbekal keahlian jadi tukang parkir, dengan lincah gue tarik kotak
bekelnya. Sejurus kemudian kotak itu udah berpindah tangan.
“Apa,
apaan ini? Huk huk. Aduh keselek,” ucap orang itu dengan terbatah-batah karena
emang mulutnya masih sibuk nguyah. Alhasil, dia pun keselek.
Berkat
bantuan korwil ingus dkk, gue jadi kuat seketika. Tenaga gue seperti superhero
yang ada di film. Gue bisa mencegah berontaknya orang itu hanya dengan satu
tangan, dan tangan yang lain megangin kotak makannya. Selain dalem hal tenaga,
gue pun punya keahlian lain yang muncul akibat kerjasama dengan ingus, yaitu
gue bisa ngeluarin ingus dalem jumlah yang banyak.
“Hahaha...
gue minjem bentar, ya! Jangan berisik!” Gue mencoba nenangin orang itu, tapi sepertinya
sia-sia. Orang itu masih sibuk berontak, jadinya gue bekap aja mulutnya dengan
satu tangan. Dia masih keselek, dan kemungkinan ngelepas tangan gue dari mulutnya
sangatlah sulit.
Orang
itu emang lemah. Cih.
Kelakuan
gue dan orang itu ngundang daya tarik orang-orang lain di kelas. Gue bilang ke
semua orang, “SEMUANYA. TENANG! Ini hanya latihan adegan drama aja kok.”
Orang-orang
yang lain hanya manggut-manggut tanda setuju, setelah itu mulai sibuk dengan
kegiatannya masing-masing.
Karena
ngedapet angin tanda aman dari orang-orang yang lain, gue ngelanjutin rencana
tahap terakhir: gue nyemprotin ingus ke kotak makan orang itu. Ya, hanya ada
dua tahap yang gue susun bersama dengan ingus-ingus.
Orang
itu masih menggeliat di tengah-tengah bekapan tangan gue di mulutnya. Kakinya
nendang-nendang, tangannya sibuk untuk nyingkrin tangan gue di mulutnya, dan
mulutnya ngeracau gak jelas—kesumpel tangan gue. Gue kejam? Ya.
Setelah
ngarahin hidung ke arah kotak makan, gue berbicara dengan lantang, “Terimalaahhh...
juruuuss... INGUS AHA NO JUTSU!” Gak perlu lama-lama nunggu ingusnya turun. Setelah
ngeluarin jurusnya, hanya butuh waktu lima detik cairan ingus udah menuhin isi
kotak makan orang itu. Padahal makanannya enak loh, ikan sarden sama nasi
putih. Mantap. Tapi nggak lagi, setelah gue kasih jurus ingus.
Jorok.
Sehabis
menyiksa orang itu, gue ngelepasin bekapan di mulutnya. Dengan terbatuk-batuk
dia bilang, “Ampp uhk uuunn. Ud uhuk ah cukup.”
Tanpa
gue sadari orang-orang yang lain ngeliatin gue saat ngeluarin jurus ingus. Ada rasa
takut juga kalo dikeroyok gara-gara nyiksa orang itu, tapi sebaliknya, gue malah dikasih tepuk tangan yang
meriah. *PROOKK PROOKK PROOK* Gak hanya tepuk tangan, mereka juga ngasih pujian,
“Akting
lu kayak orang professional, Nan.”
“Hahaha...
selai duren ditaro di kotak makan. Ide yang brilian!”
“GOOD
JOB!”
Gue
hanya ngomong sepatah dua patah kata, “Terimakasih. Terimakasih.” Gak lupa pula,
gue ngelap ingus yang ada di hidung.
...
Korwil
ingus: Senang bisa bekerjasama denganmu!
Gue:
Sama-sama. Berkat ingus gue jadi punya kekuatan super. Dan, setelah ini gue
akan bertindak sebagai superhero dengan julukan ‘Superingus’ yang akan
menegakan kehidupan layak untuk kaum ingus. Sekali lagi, sama-sama.
Korwil
ingus: Semoga sukses!
Tepuk
tangan dan sorak-sorai dari ingus-ingus mengiringi perginya gue....
Anehnya,
gue gak ngerti... tuntutan mereka tercapai apa kagak, ya? Ya. Berarti gak
salah. Mereka sepertinya gak punya otak.
Menyedihkan.
...
Tadi
hanya cerita bohongan aja. Santai. Gue gak bakal bertindak gila kayak gitu.
Betewe,
hari Senin besok gue UTS. Enaknya gue bisa pulang lebih awal dari biasanya. Do’ain
gue semoga gak pilek lagi, ya. Dan, semoga UTS-nya berjalan lancar.
Sampe
jumpaaa....
8 komentar
"Tadi hanya cerita bohongan aja. Santai. Gue gak bakal bertindak gila kayak gitu." Sumpah gue berharap ceritanya beneran :(
Udah lama ga buka2 blog, makin keren aja blog lu. Mantaplah (y) Sukses UTSnya
Anjir, sampe ada korwil ingus. :D
Semoga nilai UTS kita mendapatkan nilai yang memuaskan. Aamiin. :)
WTF, korwil.....
wkwkwkw
ada yang korwil lubang kanan sama kiri....
yang penting kalau ingus jangan sampe di sedot dalam-dalam...
entar lendirnya malah masuk ke rongga mulut, terus ketelen...
hahaha
cobain aja
enak kok ._.
Polisi bisa nangkep gue kalo ceritanya beneran.
Terimakash. Sering2 mampir aja, mumpung kue gue lagi banyak nih.
Wkwkwkw... entah ide dari mana untuk nulis ada korwil ingus.
Hahaha... iya, gue juga pernah kayak gitu tuh. Gak enak. Ganjel2 gimana gitu rasanya.
Terima kasih sudah mau mengunjungi blog ini. (@Anandamraneh)
EmoticonEmoticon