Saturday, 3 October 2015

Superingus

Gue lagi gak enak badan belakangan ini. Badan gue terasa hambar tak bertenaga seperti biasanya. Gue pikir, ini mungkin karena kurangnya bumbu penyedap. Atau mungkin begitulah rasanya seseorang ketika sakit.

Lebay.



Sebenernya badan gue baik-baik aja. Hidung ini loh yang meler mulu. Cairan yang sering dipanggil ‘ingus’ ke luar dengan biadabnya. Gue gak tahan dengan ingus yang ngeinvasi nih hidung. Yaiyalah, hampir setiap saat gue harus ngelap dua terowongan hidung ini dengan tisu supaya gak terbentuk air terjun ingus.


...


“Nan,  hidung lu kenapa? Kok banyak banget cairan gitu?”

Pertanyaan itu ngejebak. Kalo gue jawab ini adalah cairan sirup rasa markisa, dia pasti gak percaya. Akhirnya gue memilih jujur aja. Bukankah jujur lebih baik ketimbang berbohong?

“Ehmm... maaf, nih, gue lagi pilek,” jawab gue sembari nyemprotin ingus ke tisu sehingga berbunyi ‘srooott srooott’. Inget ya! Itu bukan suara orang yang lagi boker.

“Jorookk banget, Lu!”

Jorok? Lu bilang ini jorok? Ini sifat manusiawi, Cuy. Namanya orang lagi pilek, ya, beginilah kenyataannya. Kecuali ingusnya ke luar dari kelopak mata, itu beda lagi ceritanya. “Yee... namanya juga orang lagi pilek,” bales gue.

Dia teriak dengan menawan, “LU TOLOL BEGO!”

Gue gak ngeri apa maksud dari teriakannya. Apakah gue orang tolol yang merangkap bego, atau nama asli gue adalah tolol dan kepanjangannya adalah bego?

Gue protes, “Kenapa sih? Lu kayaknya gak seneng banget kalo gue sakit pilek?” Ingus-ingus di hidung gue pun ikutan demo untuk ngedukung majikannya ini—ngeperjuangin kaum ingus. Para demonstran di bagian ingus menuntut kalo ‘Semua Orang Harus Menerima Keberadaan Ingus’, dan mereka menuntut juga agar gak ada diskriminasi di kalangan penyakit.


...


Gue: Apa yang kalian tuntut dari manusia, wahai ingus-ingus?

Korwil ingus: Berdasarkan pasal Ing 1Z tahun dua ribu dua puluh. Makhluk ingus pun harus diberi kesempatan untuk bermukim di hidung manusia, serta diskriminasi di kalangan penyakit harus dihapuskan. MERDEKA! HIDUP INGUS!

Sorak sorai ingus-ingus yang lain membuat suasana semakin berkobar penuh semangat. Mereka berharap demo ini gak berujung sia-sia.

Gue: Ehmm... bukannya sekarang masih tahun dua ribu lima belas ya, Pak?”

Korwil ingus: Oh ya. Ya pokoknya gitulah. Saya lupa pasalnya. Tapi, kita harus tetep MERDEKA! MERDEKA! Daaann.. MERDEKA!

Sepertinya tuhan gak nyiptain otak untuk si ingus, terliat dari korwil ingus yang kelewat bego. Sejurus kemudian hujatan demi hujatan dari ingus yang lain dilemparkan ke korwilnya. Si korwil hanya cengar-cengir aja—kebiasaan orang bego.

Gue: Yaudaaah... kalo emang begitu. Sekarang, lebih baik bantu gue untuk ngalahin orang yang ngeledek tolol bego ke gue tadi! Mau?

Korwil ingus: Bagaimana kawan-kawan seperjuangan? Bisakah kita mempercayai Nanda?

Mempercayai gue? Aturan mah gue yang gak percaya sama lu. Bergabung dengan aliansi makhluk cairan bego bukan pilihan baik, tapi mau gak mau gue harus ikhlas... ini demi kebaikan bersama.

Ingus-ingus yang lain pun setuju. Mereka sepertinya lebih condong berharap kepada gue ketimbang korwilnya. Baguslah, seenggakknya mereka masih bisa berpikir dengan baik.

Korwil ingus: Baiklah. Apa rencanamu?

Gue: *berbicara panjang-lebar mengenai strategi ke ingus-ingus*

Semua ingus: OKE. KAMI SIAP!

Korwil ingus: MERDEKA! MERDEKA! MERDEEEKKAAAA! AAAHHHH.

Gue: *mencoba nyari tempat gantung diri yang efisien dan efektif*


...


“JOROK PELE. Ingus lu bisa muncrat ke mana-mana. Gue lagi makan,” keluh orang itu kepada gue. 

Gue hanya tersenyum. Gak banyak orang yang berada di kelas saat jam istirahat seperti ini, ini jelas nguntungin berjalannya rencana. 

Gue mencoba memulai rencananya dalem kondisi yang tepat: kala orang itu sedang nunduk menyendokkan makanannya.

“Yaudah lanjutin makannya aja. Gue akan tahan ingusnya sebentar,” kata gue, kalem. Kemudian gue mencari posisi yang wuenak untuk memulai rencananya. 

Kebetulan posisi duduk gue dan orang itu berada di bagian pojok. Gue di pinggir, orang itu di pojokannya. Sehingga ini nguntungin gue dari segi sukses atau nggaknya rencana yang dibuat. Beberapa detik setelahnya, orang itu udah dalem posisi yang cocok.

Sekejap kemudian gue memulai rencana. Gue ngejulurin tangan menuju ke arah tempat bekel orang itu. Berbekal keahlian jadi tukang parkir, dengan lincah gue tarik kotak bekelnya. Sejurus kemudian kotak itu udah berpindah tangan.

“Apa, apaan ini? Huk huk. Aduh keselek,” ucap orang itu dengan terbatah-batah karena emang mulutnya masih sibuk nguyah. Alhasil, dia pun keselek.

Berkat bantuan korwil ingus dkk, gue jadi kuat seketika. Tenaga gue seperti superhero yang ada di film. Gue bisa mencegah berontaknya orang itu hanya dengan satu tangan, dan tangan yang lain megangin kotak makannya. Selain dalem hal tenaga, gue pun punya keahlian lain yang muncul akibat kerjasama dengan ingus, yaitu gue bisa ngeluarin ingus dalem jumlah yang banyak.

“Hahaha... gue minjem bentar, ya! Jangan berisik!” Gue mencoba nenangin orang itu, tapi sepertinya sia-sia. Orang itu masih sibuk berontak, jadinya gue bekap aja mulutnya dengan satu tangan. Dia masih keselek, dan kemungkinan ngelepas tangan gue dari mulutnya sangatlah sulit.

Orang itu emang lemah. Cih.

Kelakuan gue dan orang itu ngundang daya tarik orang-orang lain di kelas. Gue bilang ke semua orang, “SEMUANYA. TENANG!  Ini hanya latihan adegan drama aja kok.”

Orang-orang yang lain hanya manggut-manggut tanda setuju, setelah itu mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Karena ngedapet angin tanda aman dari orang-orang yang lain, gue ngelanjutin rencana tahap terakhir: gue nyemprotin ingus ke kotak makan orang itu. Ya, hanya ada dua tahap yang gue susun bersama dengan ingus-ingus.

Orang itu masih menggeliat di tengah-tengah bekapan tangan gue di mulutnya. Kakinya nendang-nendang, tangannya sibuk untuk nyingkrin tangan gue di mulutnya, dan mulutnya ngeracau gak jelas—kesumpel tangan gue. Gue kejam? Ya.

Setelah ngarahin hidung ke arah kotak makan, gue berbicara dengan lantang, “Terimalaahhh... juruuuss... INGUS AHA NO JUTSU!” Gak perlu lama-lama nunggu ingusnya turun. Setelah ngeluarin jurusnya, hanya butuh waktu lima detik cairan ingus udah menuhin isi kotak makan orang itu. Padahal makanannya enak loh, ikan sarden sama nasi putih. Mantap. Tapi nggak lagi, setelah gue kasih jurus ingus.

Jorok.

Sehabis menyiksa orang itu, gue ngelepasin bekapan di mulutnya. Dengan terbatuk-batuk dia bilang, “Ampp uhk uuunn. Ud uhuk ah cukup.”

Tanpa gue sadari orang-orang yang lain ngeliatin gue saat ngeluarin jurus ingus. Ada rasa takut juga kalo dikeroyok gara-gara nyiksa orang itu, tapi sebaliknya, gue malah dikasih tepuk tangan yang meriah. *PROOKK PROOKK PROOK* Gak hanya tepuk tangan, mereka juga ngasih pujian,

“Akting lu kayak orang professional, Nan.”

“Hahaha... selai duren ditaro di kotak makan. Ide yang brilian!”

GOOD JOB!

Gue hanya ngomong sepatah dua patah kata, “Terimakasih. Terimakasih.” Gak lupa pula, gue ngelap ingus yang ada di hidung.


...


Korwil ingus: Senang bisa bekerjasama denganmu!

Gue: Sama-sama. Berkat ingus gue jadi punya kekuatan super. Dan, setelah ini gue akan bertindak sebagai superhero dengan julukan ‘Superingus’ yang akan menegakan kehidupan layak untuk kaum ingus. Sekali lagi, sama-sama.

Korwil ingus: Semoga sukses!

Tepuk tangan dan sorak-sorai dari ingus-ingus mengiringi perginya gue....

Anehnya, gue gak ngerti... tuntutan mereka tercapai apa kagak, ya? Ya. Berarti gak salah. Mereka sepertinya gak punya otak.

Menyedihkan.


...


Tadi hanya cerita bohongan aja. Santai. Gue gak bakal bertindak gila kayak gitu.

Betewe, hari Senin besok gue UTS. Enaknya gue bisa pulang lebih awal dari biasanya. Do’ain gue semoga gak pilek lagi, ya. Dan, semoga UTS-nya berjalan lancar.

Sampe jumpaaa....

8 komentar

"Tadi hanya cerita bohongan aja. Santai. Gue gak bakal bertindak gila kayak gitu." Sumpah gue berharap ceritanya beneran :(

Udah lama ga buka2 blog, makin keren aja blog lu. Mantaplah (y) Sukses UTSnya

Anjir, sampe ada korwil ingus. :D

Semoga nilai UTS kita mendapatkan nilai yang memuaskan. Aamiin. :)

WTF, korwil.....
wkwkwkw

ada yang korwil lubang kanan sama kiri....
yang penting kalau ingus jangan sampe di sedot dalam-dalam...
entar lendirnya malah masuk ke rongga mulut, terus ketelen...

hahaha
cobain aja

enak kok ._.

Polisi bisa nangkep gue kalo ceritanya beneran.

Terimakash. Sering2 mampir aja, mumpung kue gue lagi banyak nih.

Wkwkwkw... entah ide dari mana untuk nulis ada korwil ingus.

Hahaha... iya, gue juga pernah kayak gitu tuh. Gak enak. Ganjel2 gimana gitu rasanya.

Terima kasih sudah mau mengunjungi blog ini. (@Anandamraneh)
EmoticonEmoticon